Kisah Nyata "Putus Asa Karena Penyakit"

PUTUS ASA KARENA PENYAKIT

Nama saya Syamsia Hertuti, saat ini usia saya 34 tahun, sakit yang saya derita dimulai dari tahun 2007. Saya tidak tahu penyakit apa sebenarnya yang saya derita. Gejalanya sangat aneh. Ada rasa dingin yang saya rasakan, menjalar dari ujung kaki sampai ujung kepala, kepala terasa berat, kedua tangan saya kaku, kejang, tidak terkendali, jantung berdegup kencang, saya merasakan pusing yang amat sangat. Bahkan di beberapa waktu, saya sampai buang air besar tanpa terkendali. Penyakit ini biasanya datang pada jam-jam tertentu. Sudah barang tentu hal ini sangat mengganggu, bahkan menyiksa.
Di awal-awal sakit saya mencoba berobat pada seorang paranormal, atau dukun di daerah saya, di Tapan kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Tapi bukannya mendapatkan kesembuhan, penyakit yang saya derita malah terasa semakin menjadi-jadi. Akhirnya saya memutuskan untuk segera berobat ke dokter. Hal yang sama yang saya dapatkan. Penyakit yang saya derita tidak kunjung membaik juga. Sampai akhirnya ada salah seorang dokter, dokter umum, menyarankan saya untuk berobat kepada dokter spesialis jantung dan dokter spesialis syaraf.

Berangkatlah saya ke kota Padang untuk berobat kepada dua dokter spesialis tersebut, di satu rumah sakit yang ada di kota Padang. Setelah berobat kepada dokter spesialis jantung, dilanjutkan dengan berobat kepada dokter spesialis syaraf. Dua dokter sekaligus, dua resep obat yang harus saya tebus, begitu banyak obat-obatan yang harus saya minum.

Demikian terus berlangsung dari hari ke hari, tanpa terasa waktu telah berjalan dua tahun, semenjak pertama saya berobat. Bolak-balik ke kota Padang untuk berobat. Bermacam-macam terapi, bermacam-macam obat, tapi penyakit saya tetap terasa. Kesembuhan yang saya harapkan tidak kunjung saya dapatkan.

Pada tahun 2009, saya memutuskan untuk kembali berobat kepada paranormal, untuk mencari alternatif pengobatan. Agak berkurang rasanya penyakit saya, tapi jantung saya tetap berdegup tidak menentu. Saya masih minum bermacam-macam obat. Bahkan untuk sekedar tidurpun, saya harus minum obat penenang jantung. Jika tidak minum obat itu, saya tidak bisa tidur. Hidup saya jadi tergantung dengan obat-obatan.

Pada tahun 2012 saya harus dirawat di rumah sakit. Karena penyakit saya semakin bertambah parah. Akhirnya kami memutuskan agar saya dirawat di rumah sakit umum daerah Painan. Dan ternyata penyakit yang saya derita bertambah banyak. Maag, asam lambung, kaki saya terasa sakit sekali jika bangun tidur, sehingga saya tidak mampu untuk berjalan. Saya merasa putus asa sekali waktu itu. Ini semua menjadi beban yang sangat menghimpit saya. Mungkin umur saya sudah tidak lama lagi.

“ya Allah, bagaimana dengan anak-anak hamba ?” saya membatin.

Terbayang wajah empat orang anak-anak saya yang masih kecil-kecil. Bagaimana mereka jika terjadi sesuatu dengan saya ? Siapa yang akan mengurus mereka ? dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan di benak saya tentang mereka. Ini semua membuat saya menangis, saya merasa begitu terhimpit beban dengan penyakit yang saya derita ini.

Akhirnya saya diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Tapi begitu tahu bahwa saya telah menghabiskan begitu banyak biaya untuk pengobatan saya, langsung bertambah beban pikiran saya. Saya harus mengeluarkan biaya sebesar 70 juta rupiah untuk rumah sakitnya saja. Belum biaya untuk obat-obatan yang harus saya minum. Sampai berapa lama lagi hal ini akan terus berlangsung ? Saya tidak mampu membayangkannya. Hanya keputusasaan yang terasa semakin menghimpit hati saya.

Pada awal tahun 2013, saya bertemu dengan bapak Ir. Junaidi Datuk Rajo Sutan Batuah, beliau menyarankan saya untuk ikut olahraga pernafasan Mahatma.

Beliau menceritakan tentang manfaat olahraga pernafasan ini, dan kemajuan-kemajuan kesehatan yang telah didapatkan oleh anggotanya. Cerita beliau ini membuat saya sangat tertarik untuk mencobanya.

Satu hari setelah bertemu dengan bapak Ir. Junaidi, saya mulai latihan olahraga pernafasan Mahatma, dibawah bimbingan dan pengarahan bapak Marsiwan. Didorong oleh keingin untuk sembuh yang begitu besar, setiap pengarahan bapak Marsiwan saya dengarkan dengan sungguh-sungguh.

Hari pertama latihan, saya dikenalkan tehnik nafas dan gerakan-gerakan yang dilakukan di Mahatma…Subhanallah….badan ini langsung terasa enak. Padahal baru sekali saya latihan. Ajaib…

Akhirnya karena saya langsung dapat merasakan manfaat dari latihan olahraga pernafasan ini, saya memutuskan untuk terus latihan Mahatma. Sampai akhirnya saya dilantik menjadi anggota Mahatma. Dan Alhamdulillah…segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Menyembuhkan, penyakit yang selama bertahun-tahun saya derita kini sudah tidak terasa. Begitu cepat, begitu mudah, begitu murah bila Tuhan berkehendak untuk menyembuhkan hambanya, selama kita bersungguh-sungguh berusaha di jalanNya.

Sebagai bentuk rasa syukur saya, saya mendaftarkan diri untuk menjadi pelatih Mahatma, dan sekarang saya sudah menjadi asisten pelatih Mahatma. Saya ingin menyebarkan ilmu ini, membagi nikmat yang telah saya terima dari Allah.

Terimakasih saya kepada guru-guru yang telah mengajarkan ilmu ini. Kepada bapak Ir. Junaidi yang telah memperkenalkan saya dengan olahraga pernafasan ini, kepada bapak Marsiwan yang telah berkenan menjadi pelatih saya. Kepada bapak Pembina, Guru Besar Mahatma, bapak K.H. DR. Achmad Riva’i. Semua beban yang selama ini menghimpit saya telah hilang. Alhamdulillah…terimakasih banyak.



Seperti yang dikisahkan oleh:

Ibu Syamsia Hertuti ( Tapan – Pesisir Selatan, Sumbar )

NAM 384414

Komentar